DAUROH MUNAKAHAT INTENSIF BERSAMA USTADZ MASTURI
Pertemuan VI
(12 April 2012)
REVIEW
MATERI SEBELUMNYA
Rumah
tangga Produksi:
*
shadaqah jariyah dari harta ini apa? Sudahkah bermanfaat?
Ingat
karakteristik harta itu à sedikit habis, banyak pun akan habis malahan
merasa kurang terus.
*
punya ilmu à gelar akademis penting di masyarakat zaman
sekarang , tanpa gelar maka tidak ada penegasan/pertanggungjawaban pada
masyarakat. Jika kita memiliki gelar doktor maka akan makin banyak orang yang
belajar pada kita. untuk meraihnya diperlukan usaha, kesungguhan dan uang.
*anak
sholih/sholihat à bukan hanya anak kandung tetapi juga semua
keturunan kita (cucu, cicit, dll). Menyekolahkan orang lain maka keberkahan akan tetap mengalir pada
kita.
*kapan,
dimana, dan bagaimana akan mati? Sudahkah mempersiapkannya? Kematian jangan
ditunggu (menunggu itu membosankan), jangan ditakuti (kita akan menghindar
karena takut), tetapi harus DISAMBUT. Kenapa?
Menyambut
berarti mempersiapkan. Ibaratnya seperti seorang istri yang menyambut
kedatangan suaminya. Maka yang dilakukan adalah melakukan berbagai persiapan,
masak enak, bersih-bersih, dandan, dll.
Sifat-sifat
RT Sosial:
1. Memiliki kepedulian
“Barangsiapa
yang tidak memperhatikan urusan/ perkara orang-orang muslim, maka bukan
termasuk bagian dari mereka ( orang islam).”
Antara
suami dan istri harus kompak, sama-sama peduli, karena ada bagian dari
masyarakat yang hanya bisa diperhatikan oleh suami atau oleh istri. Jangan
sampai tertukar posisi. Ada proporsi masing-masing, hal ini harus DISEPAKATI
bersama.
2. Keringanan hati dan tenaga
Contoh
:
·
kerja
bakti (terutama bagi yang tinggal di kompleks) à
sarana berbaur dengan masyarakat
·
tidak
emosional (karena tidak semua masyarakat itu baik, harus ada pihak yang
mengalah)
3. Kesiapan untuk bergaul
“orang
yang bergaul dengan manusia dan sabar atas sikap yang menyakitkan jauh lebih
baik daripada orang yang tidak bergaul.”
Di
dalam masyarakat terjadi perselingkuhan karena ketidaksiapan anggotanya dalam
bergaul. Dalam berkomunikasi dan bergaul itu ada adab-adabnya, batas-batasnya.
Ingat!
Ada masyarakat yang cenderung merusak, maka harus berhati-hati dan pintar dalam
bergaul. Antara suami dan istri harus saling menjaga.
Contoh:
·
ustadz
adalah seorang pencemburu berat sehingga meminta istrinya agar tidak punya
facebook (blog masih diizinkan)à
bentuk menjaga satu sama lain.
·
Saat
ustadzah diminta menjadi Dewan Syuro Wilayah Banten maka ustadzah mendiskusikan
dengan ustadz sebagai suami beliau. Ustadzah nantinya akan menjadi satu-satunya
akhwat dalam DSW Banten. Ustadz tidak mengizinkan dengan pertimbangan :
ü Ustadz belum memiliki seorang supir
wanita untuk mengantar istrinya ke Banten. Karena tidak mungkin istrinya pergi
dengan kendaraan umum atau bersama para ustadz-ustdaz lainnya sementara akhwat
sendirian.
ü Ustadz belum mampu membelikan mobil
pribadi bagi ustadzah untuk mempermudah mobilisasi ustadzah.
ü Ustadz pencemburu berat. “ umi kan
cantik nanti kalau ustadz-ustadz yang lain itu ada yang menaruh hati pada umi
bagaimana? Ustadz juga manusia mi. tidak
ada yang bisa mencegah seseorang jatuh cinta. Abi tidak sanggup mi jika harus
demikian.”
Dengan cara penyampaian yang baik/ pintar
serta ketegasan akhirnya ustadzah pun sepakat untuk mengikuti pendapat ustadz.
Demikian pula ketika pihak DPW menanyakan perihal keputusan ustadz maka DPW
tidak dapat memaksakan keputusannya.
Desain rumah
Desain
rumah itu bisa menunjukkan kesiapan kita dalam bergaul atau tidak. Kita siapkan
rumah kita memiliki aurat rumah yang tetap terjaga. Hal ini juga terkait dengan
kebutuhan kaum hawa untuk menutup aurat.E.g. : dapur, kamar, ruang keluarga.
Jadi
kalaupun ada tamu yang menginap, kebebasan dan komunikasi angggota keluarga
tetap bisa terjaga. Terlebih ketika tamunya adalah lawan jenis, misalkan tamu
laki-laki maka dengan desain rumah yang tepat, anggota keluarga yang perempuan
bisa saja tidak bertemu sama sekali dengan si tamu walapun menginap
berhari-hari.
Etika rumah
Suami
dan istri harus sepakat. Misalnya, jika suami tidak dirumah,istri tidak boleh
nerima tamu laki-laki. Namun di masyarakat kita hal seperti itu sudah biasa.
Kalau hal ini tidak disepakati, maka dapat menimbulkan masalah dan perselisihan
dalan keluarga.
4. Kematangan Emosional
Suami
bisa mengendalikan kecemburuan, emosi, begitu juga dengan istri. RT yang tidak
matang emosionalnya akan menimbulkan banyak masalah.
Kematangan
emosi termasuk didalamnya adalah etika terhadao tetangga. Bertetangga itu
seumur hidup bukan seperti pertemuan dengan orang lain di pasar yang hanya
sebentar.
*Rasulullah
juga menjelaskan etika dalam bertetangga à
begitu pentingnya hal ini.
RT
Sosial yang hancur/gagal tidak akan mungkin menjadi RT Dakwah.
Contoh
kasus bertetangga dan kematangan emosi:
Keluarga
yang siap menjadi rumah tangga sosial adalah RT yang tingkat emosinya matang.


Respon yang mungkin terjadi :
Nabilah
akan mengusir ani dari rumahnya à
memasuki daerah kewenangan orang lain.
“silahkan
angkat kaki dari sini. Ini rumah saya dan najibah adalah anak saya. Anda tidak
berhak marah-marah disini seenaknya.”
Yang seharusnya dilakukan Nabilah + Hasan:
ANAK
HARUS DILINDUNGI TELEBIH DAHULU
Jangan
biarkan anak terus menerus di marahi, ambil alih masalah. Beri ketegasan pada
anak kita (jangan menunjukkan sikap lembek kepada anak didepan tetangga kita).
hukum anak kita di depan tetangga kita. bahkan jika perlu lakukan hukuman fisik
seperti mencubit (sekeras-kerasnya orang tua sendiri yang mencubit adalah
karena kasih saying daripada dicubit orang lain yang sedang kalap). Dengan
hukuman fisik tersebut akan memberikan kepuasan/kelegaan pada tetangga kita
(yang sebenarnya belum tentu benarL)
melampiaskan emosinya. Setelah tetangga kita persilahkan kembali ke rumahnya,
ajak diskusi anak kita dan minta maaflah kalo ternyata kita salah.
Contoh:
Ani mempunyai suami,harun, punya anak namanya fiki. Punya tetangga namanya
ahmad, istrinya Nabila,anaknya najiba. Fiki berteman dengan najiba. Suatu hari
mereka bertengkar, kemudian ani melabrak najiba di depan orang tua najiba. Is
it right?
Kesalahan
kasus ini adl ketidakmatangan keluarga ani. Harusnya tdk blh serta merta
melabrak, pasti nantinya akan banyak masalah. Jangan sampai krn kita tidak
memiliki kematangan emosi, maka hubungan dg tetangga rusak. Padahal Rasul SAW
salah satunya juga mewasiatkan untuk berhubungan baik dengan tetangga.
Bagaimana membentuk RT Sosial:
1. Pembentukan pemahaman tentang RT sosial
Semua
anggota keluarga harus dipahamkan tentang RT sosial.
2. Melatih diri untuk mengaplikasikan
aktifitas-aktifitas sosial.
Sebelum
menikah dengan setelah menikah itu berbeda. Kita harus bisa lebih
bersosialisasi dengan masyarakat. Perlu
berlatih.
Contoh:
Anak
laki-laki sebelum menikah biasanya tidak aktif di masyarakat. Yang aktif adalah
bapaknya. Setelah menikah dan berkeluarga, anak laki-laki akan menjadi bagian
di masyarakat dan baru mulailah ia bergaul. Sebaiknya sebelum menikah pun harus
mulai dibiasakan membaur di masyarakat (aktif) demikian juga dengan anak
perempuan.
3. Turut serta memberikan solusi di
masyarakat
Di
masyarakat terdapat banyak masalah, suami istri juga harus turut memikirkan,
karena itu adalah lingkungan kita. harus berusaha mencarikan solusi untuk
masyarakat. Contoh : pada masalah perjudian, anak tetangga putus sekolah,
anak-anak muda menganggur, dll.
4. Berlatih menjaga Rahasia Sosial/
masyarakat
Banyak
aib yang berkembang di masyarakat. Walaupun dalam penyebaran aib tersebut ada
pernyataan “ jangan bilang siapa-siapa” biasanya akan tetap tersebar hingga
seluruh anggota masyarakat tersebut tahu. Maka jangan sampai kita ikut menjadi
tukang gossip nya. Suami dan istri harus
sepakat memutus rantai penyebar aib tersebut. Ketika ada informasi seperti
demikian masuk ke dalam rumah, jangan disebar/disampaikan lagi ke luar rumah.
JANGAN MENEBAR FITNAH DAN AIB.
5. Melatih etika komunikasi
Menjenguk
tetangga, dll.
6. Menjadi RT sosial itu merupakan bagian
dari batu loncatan kepada RT da’wah.
DISKUSI:
Bagaimana
cara kita memberikan solusi pada kondisi sekarang?
Tujuan
memberikan solusi lebih ditekankan ketika telah berkeluarga (menjadi
istri/ibu). Tetap berdiskusi akan pendapat anak untuk setiap keputusan tentang
adab-adab pergaulan dan permasalahan di masyarakat. Bisa menjadi sarana melatih
mereka memikirkan masalah sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar