Minggu, 25 November 2012

Dauroh Munakahat #5



DAUROH MUNAKAHAT INTENSIF BERSAMA USTADZ MASTURI
Pertemuan V (05 April 2012)
4. RUMAH TANGGA PRODUKSI (cont’d)
Ada tujuan produktif yg ingin kita bangun, jngan sampai komsumtif.
Yi RT y melahirkan produk2 yg bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.Mengapa kita harus mjd RTyg produktif?
Ada hadis: Ketika anak adam itu meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal: amal jariyah, ilmu yg bermanfaat, dan anak yg sholeh yg mnedoakan keduan ortunya.
Jadi, RT kita harus ada hasil/produksi yg kita hasilkan.
RT konsumtif itu sangat lemah posisinya.Masih mending jika konsumsi fisik, tapi jika konsumsi2 fikroh yg sesat, yang salah?
Syi’ar di Sudan sejak diembargo: Kami tidak akan memakan kecuali yg kami tanam, dan kami tidak akan memakai kecuali yg kami buat.
Kita akan bisa kuat secara fikroh, ruhy, dan social karena kita menginginkan produk. Orang yg mengeluarkan produk adl yg mampu berbuat, yang percaya diri.
Apa produksi  yang ingin kita hasilkan dari RT kita?
a.      Produksi Fikri
b.      Produksi Ruhi
c.       Produksi sosial/ ijtima’i
d.      Produksi Materi/ madhi
Poin a,b,c terlihat dari lahirnya SDM yang kita bina.

a.      Produksi Fikri/ ilmu/ akademis
Harus lahir dari rumah kita, orang yang memiliki ilmu yang baik, sehingga pendidikan akademis harus menjadi fokus suami dan istri.Jadi tidak boleh diarahkan anak itu tidak bersekolah. Kebanyakan orientasi seseorang itu dalam belajar adalah kerja, bukan pikiran/fikroh/akademis, jika hal itu terjadi, maka seseorang itu akan cukup puas dengan kerja itu saja. Kalo RT kita memiliki produksi fikri yang kuat, akan berusaha untuk mencari pendidikan dan ilmu yg tinggi. Jika dapat ilmu, insya Allah dapat uang. Tapi kalau orientasinya uang, maka setelah bekerja iamerasa sudah cukup dalam mencari ilmu.
Contohnya: orang dengan orientasi ilmu maka setelah pension ia akan tetap mengajar misalnya.
b.      Produksi Ruhiyah/Ruhani
Ruhiyah yang kuat akan mempengaruhi sikap hidup sesorang. Kedekatan dan ketaatan pada Allah SWT.Pantas menjadi contoh dan teladan(panduan).Yang ingin kita lahirkan dari rumah kita, baik itu istri, anak, atau suami adalah kondisi ruhiyahnya.Semangat ruhiyah itu harus hadir dalam keluarganya, sehingga bisa menjadi solusi, contoh atau teladan bagi keluarga-keluarga di lingkungannya. Sehingga RT itu bias menjadi za’imunruhii, yaitu kepemimpinan ruhani di masyarakat. Hal itu bisa menjadi panduan di masyarakat kita.
c.       Produksi Sumber Daya Manusia (kepemimpinan)
Pembinaan anak-anak adalah salah satu hal yang harus kita utamakan.Ketika anak itu tidak bisa menjadi anak yang soleh, baik, mandiri, yang dapat memimpin dan dipimpin, maka sesungguhnya rumah kita itu mandul.Akan tetapi, qada’ dan qadar itu adalah bagian dari iman.Apabila setelah kita rencanakan, setelah kita konsep, ternyata tidak sesuai dengan harapan, maka insyaAllah yang dinilai oleh Allah adalah prosesnya.Yang penting kita ikhlas dan sabar.Yang menjadi masalah adalah, seringkali rumah dibangun tanpa perencanaan dan konsep.
d.      Produksi materi/ madhi
Bukan menjadi orang kaya tetapi orang yang banyak zakatnya.
Karena shodaqotun jariyyah, yaitu harta yang kita infakkan fii sabilillah.Orang Arab dalam sejarah dikenal sebagai orang yang berani/ as sajaah dan dermawan.Ustadz kemudian membuktikannya sendiri saat di Timur Tengah. Ketika mereka punya kekayaan lebih, mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk menggunakannya untuk beramal.
Ada cerita dari ustdz, Tahun1998, adalah tahun krisis di Indonesia. Saat itu ustadz sudah di mesir, walaupun sedang krisis di Indonesia, mereka tetap bisa makmur disana, karena kedermawanan warga timteng kepada orang Indonesia di sana.
Orang Arab di dalam kehidupan sehari-hari berusaha menunaikan dan memenuhi hak saudaranya dan juga memperjuangkan hak yang seharusnya dimiliki.Contoh : ongkos kembalian angkot yang kurang akan diminta walaupun hanya 500 rupiah misalnya. Namun, di bulan Ramadhan, mereka berlomba-lomba berzakat, infaq, shadaqah, menyediakan ifhtar di pusat-pusat keramaian dan kediaman pribadi.
Ketika kita mendapatkan materi, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana memaksimalkan shadaqah, bukan merubah gaya (gaya pakaian, mobil, rumah, apalagi gaya hidup). Kita harus berfikir apa yang dapat menjadi sedekah jariyah kita. Keinginan untuk membangun masjid, sekolah, pesantren, dsb.
Tidak sedikit RT yang lahir tanpa konsep, tetapi jika sudah dikonsep dan ternyata belum sesuai harapan, berarti itu adalah ketentuan Allah. Maka yang harus dilakukan adalah BERSABAR dengan keadaan tersebut dan berusaha memperbaiki  keadaan.

Langkah-langkah mewujudkan RT Produktif
1.      Melakukan pendidikan sesuai dengan dimensi manusia.
Dimensi manusia: ruhiyah, fikriyah, jasadiyah/jasadi, materi/madi, ijtima’iyah/sosial. Semua dimensi ini harus diajarkan dan dilakukan.
Contoh dimensi materi/madi
Harta : diperoleh à disimpan à dikelola/diinvestasikan
Kadang kita dididik tidak sempurna.Sejak kecil, orang tua mendidik anak untuk menabung, tetapi jarang mendidik anak untuk mencari uang (bagaimana usaha untuk mendapatkan uang) dan bagaimana menginvestasikan/mengelola keuangan.Menabung itu mengumpulkan uang saja. Harta itu adalah dari mana dia dapat dan bagaimana ia dimanfaaatkan. Oleh karena itu, dengan menabung saja, belum memberikan pendidikan akan pintar dan cerdas mendapatkan dan mengelola uang.
Contoh dimensi sosial/ijtima’i
Bagaimana supaya anak mengetahui yang namanya hak dan kewajiban. Seringkali kita hanya mengajarkan tentang kewajiban, tetapi tidak mengajarkan hak termasuk cara untuk menpertahankan/memperjuangkan hak. Misal: Suatu harianak kita sedang main boneka, kemudian ada anak lain, B misalkan, yang juga ingin boneka itu, kemudian B merebut boneka itu. Kebanyakan dari kita: kasihkan saja dik, atau dibuat main bersama saja ya. Jika demikian, berarti kita tidak mengajarkan mereka tentang hak dan bagaimana mengajarkan B bahwa dia salah.
àjelaskan antara hak masing-masing dan kemudian jelaskan cara meminjam yang baik.
2.      Menanamkan kemandirian.
Harus ditanamkan sejak kecil.Jangan dimanjakan.Selalu disuapin, dimandiin, dsb.
Contoh sederhana: mengajarkan membuka tutup botol pada anak. Ketika anak merasa kesulitan maka jangan lantas dibukakan sampai keseluruhan.Tapi ditolong sedikit lantas minta mereka membuka sendiri sampai tuntas.Seperti itu juga misalkan kesulitan menyetrika, maka setrikakan sedikit dan dituntaskan oleh mereka. Berikan mereka contoh dan biarkan mereka ikut mencoba, susah tapi bisa. Tanamkan itu pada anak kita. Dampingi mereka untuk mencoba, bantu mereka untuk berusaha, perlahan tetapi pasti.
àberusaha ruang/ kesempatan bagi mereka untuk berusaha mandiri.
3.      Membekali dengan berbagai macam keterampilan, baik rohani, fikri, jasadi, kepemimpinan, dsb.
4.      Berusaha memperkecil konsumsi.
Ajari hal-hal untuk kemandirian, misal mencuci, menyapu, ngepel, walaupun sebenarnya jika dilakukan sendiri oleh anak itu tidak bersih.

DISKUSI
#itu lho kayak si B, masih kecil dan pinter masak, pinter bersih-bersih rumah, bla bla bla..
Hati-hati dengan kebiasaan membanding-bandingkan.Berusahalah menanamkan optimisme pada diri seorang anak, jangan membiasakan anak pada persaingan dengan membanding-bandingkan. Hal ini akan mempengaruhi psikologi anak sehingga ia akan berusaha terus menerus mencari lawan untuk bersaing. Apabila tidak mendapatkan lawan untuk bersaing maka ia akan stagnan, tanpa perkembangan.
Caranya katakan: nak, kamu harus bisa/kamu insyaAllah bisa, cobalah nak.
Rasul SAW memuji Abdullah ibn Umar: Sungguh pemuda yang paling hebat adalah Abdullah bin Umar dalam melakukan Qiyamul Lail. Rasulullah tidak pernah membandingkan antara satu orang dengan orang lainnya (dipuji tetapi tidak dibandingkan dengan orang lain) sehingga semua sahabat mencintai Rasul dan merasa paling dicintai.
Jangan pula membandingkan suami dengan abang/ayah/mertua.

# masalah kerja, kuliah (jika nanti S2, dsb), serta membagi waktu di rumah untuk keluarga, maka teknisnya HARUS DIDISKUSIKAN DENGAN SUAMI, ingat yang dicari buka gelarnya tetapi ilmunya. Jadi kalau ada yang berkata “ah buat apa capek-capek kuliah tapi akhirnya cuma jadi ibu rumah tangga”. Karena ilmu dan pola pikir seseorang yang kuliah pasti berbeda dengan mereka yang tidak kuliah.
Pada usia emas anak à dampingi mereka, bombing mereka dan bersamai mereka. Dekati mereka dan jangan buat jarak dengan mereka.Jangan sampai perpisahan anak dengan ibu itu banyak.Harus selalu didampingi dan dibina.
Mendidik tiap anak itu berbeda maka jangan pernah disamakan.

5.    Rumah tangga Sosial/ ijtima’iyah
Yaitu RT yang punya kepedulian dan tanggung jawab pada lingkungan dan masyarakatnya.Kenapa harus demikian?
1.      Masyarakat laksana bahtera
Dalam sebuah hadist: syafinatul mustama’ ato bahtera masyarakat.
Ada sebuah bahtera, yang penumpangnya ada diatas dan ada di bawah.Saat orang yang dibawah mau mengambil air harus lewat ke atas, orang atas merasa terganggu, kemudian orang yang dibawah karena tidak mau mengganggu orang yang diatas, lantas berpikir untuk melubangi bahtera agar langsung mendapatkan airnya.Kalau penumpang yang di atas hanya mendiamkan saja maka mereka bisa tenggelam bersama-sama.
Seperti itu pula, rumah tangga kita adalah layaknya penumpang bahtera tersebut. Maka kita punya tanggung jawab untuk saling menjaga satu sam lain.
Ibnu khaldun : fitrahnya manusia adalah makhluk sosial.
2.      Masyarakat memiliki problema yang harus diselesaikan
RT kita harus menjadi solusi bagi masalah tersebut.Di masyarakat ada orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk merusak, mereka (yang buruk) lebih banyak daripada yang baik.Kalau kita tidak peduli, maka yang merusak itu akan semakin banyak, dan yang baik-baik tapi individualis, dia juga akan ikut hancur.
3.      Kita dituntut oleh Allah beramal ma’ruf nahi munkar di masyarakat.
Dalil : kuntum khaira ummat…………..
Dan ketika menjadi RT sosial, Tanggung Jawabkita terhadap Allah SWT telah tertunaikan.
4.      Melindungi diri dan keluarga kita dari kerusakan.
Jika dirumah kita semua anak harus ngaji, tapi tidak boleh nonton TV. Karenanya di rumah kita tidak menyediakan TV, akhirnya, mereka pergi ke rumah tetangga, dan kita tidak tahu apa yang ia pelajari di rumah tetangga.Mereka lebih nyaman disana menonton TV misalkan.
Diskusikan dengan tetangga bahwa pengarah menonton TV pada anak merupakan bentuk upaya mendidik anak.Kita bertanggung jawab untuk turut mendidik anak tetangga kita, demikian pula tetangga ikut bertanggung jawab pada pendidikan anak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar