Minggu, 25 November 2012

Dauroh munakahat #4



DAUROH MUNAKAHAT INTENSIF BERSAMA USTADZ MASTURI
Pertemuan IV (09Maret 2012)
Tipologi Rumah Tangga Islam:
1.      Rumah tangga ilmu/ Baitul ‘ilm
2.      Rumah tangga ibadah
Yaitu yang menjadikan ibadah sebagai pondasi dalam segala orientasi dan aktifitasnya di dalam rumah. Sesuai dengan tujuan diciptakannya jin dan manuasia untuk beribadah.
Kriteria RT ibadah:
-          Ditegakkannya yang fardhu. Saling mengingatkan, setiap saat.
*Ibadah2 fardhu seperti shalat, puasa zakat,dll.
*birul walidain
-          Ditinggalkannya yang haram
-          Dilaksanakannya yang sunnah
-          rumah diberi cahaya Al Qur’an
-          terkawalnya suasana ruhiyah
-          Terlaksananya program2 ibadah dan ruhiyah

3.    Rumah Tangga Tarbiyah
Tarbiyah= pendidikan, pembinaan
Yaitu usaha untuk menjadikan seseorang mencapai kesempurnaan sebagai seorang manusia.
Tarbiyah berbeda dg ta’lim. Ta’lim adalah pengajaran, hanya mentransfer ilmu,. Sedangkan tarbiyah mentransfer nilai.
Sebuah Rumah Tangga menjadi Rumah Tangga Tarbiyah apabila punya karakteristik sbb:
a.      Menjadikan semua anggota keluarga sebagaiobjek tarbiyah.
Suami, istri, ayah, ibu, khadimat,dll
b.      Semua anggota keluarga sebagai subjek tarbiyah.
Kesadaran ini harus tumbuh dalam Rumah Tangga kita. Semua orang di rumah harus merasa punya kekurangan, sehingga harus ditingkatkan supaya menjadi lebih sempurna.
Semua orang di rumah harus menyadari siapapun yang kondisinya lebih baik, maka ia berhak menjadi murabbi walupun usianya lebih muda.
c.       Rumah Tangga yang menjadikan Tarbiyah sbg Tanggung Jawab bersama.
 Sehingga tidak ada yang namanya tarbiyah itu urusan istri saja, atau bapak saja. Tanggung Jawab Tarbiyah itu harus sama. Kapankah sebuah rumah akan mencapai kesempurnaan? Karena di saat membangun, akan ada orang yang bakal menghancurkan.
d.      Rumah Tangga yang memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna.
Karena itulah perlu adanya tarbiyah.Kita tidak perlu berandai-andai, masing2 harus menerima dan mengakui ada kekurangan. Tidak ada yang saling melecehkan. Jangan terlalu memaksakan kehendak atas karakter suami/istri, layaknya mengharapkan kesempurnaan atas Rasulullah dan khadidjah.
Kalau anda menginginkan anak seperti ismail, maka seorang ayah menjadi Ibrahim. Sudah siapkah dengan tokoh-tokoh terbaik.
e.      Memahami dan menyadari bahwa tarbiyah memerlukan proses.
Jika seseorang memahami hal ini, maka diperlukan adanya pemahaman tentang proses ini. Sehingga untuk menyamakan persepsi butuh waktu juga. Masing2 pihak memiliki akhlaqnya sendiri2, harus bersabar supaya bias saling cocok dan memahami. Misal sang suami hidup (membentuk akhlaq) selama 23 tahun dan sang istri berumur 22 tahun. Maka sang istri perlu minimal 23 tahun mengenal sang suami, sang suami perlu 22 tahun memahami istri…
f.        Rumah Tangga yang pandai menggunakan sarana dan prasarana tarbiyah.
Sarana= hardware; Prasarana= software
Kita harus mampu menciptakannya untuk mencapai satu tujuan. Harus mempunyai banyak cara. Contoh iklan teh sari wangi: mari ngeteh mari bicara. Biasakan dengan hadiah juga.Saat tarbiyah, yang penting adalah hadaf atau tujuan tercapai.
Mengajar àharus berbicara dengan yang diajar dalam menyampaikan sebuah nilai atau cukup dengan teladan dan diam, asalkan saling mengerti dan memahami.
g.      Seimbang dalam menggunakan sarana dan prasarana tarbiyah: hukuman atau hadiah dalam Rumah Tangga.
Jangan memarahi anak disaat salah dan jangan berpura-pura tidak tahu disaat anak berprestasi.
Jika pulang ke rumah, tiba2 mendapati ada gelas pecah. Jangan langsung disapu, tetapi tanyakan dulu siapa yang memecahkan. Biasanya ada 2 jawaban: (1) tidak tahu; (2) menunjuk ke anak lainnya; (3) ada yang ngaku.
Seorang murabbi, tidak boleh langsung menghukum. Pendidikan kejujuran harganya sangat mahal.
Kalau ustadz mencubit anaknya disaat melakukan kesalahan dan setelah itu memberikan hadiah ice cream atas kejujurannya. Jadi seimbang.
h.      Memahami dimensi pembinaan/tarbiyah individu dalam Rumah Tangga.
Dimensi kecerdasan rohani, sosial, emosional, fikriyah. Saat kita mentarbiyah RT, ada sisi-sisi yang harus diperhatikan. Biasanya anak dimasukan kursus2. Padahal itu hanya satu sisi kehidupan anak. Padahal anak inginnya cerdas rohani, social, emosional, tidak hanya fikriyah. Bagaimana mendidik untuk mau berbagi,, mempertahankan hak, memberikan kepahaman atas sikap yang salah, bagaimana cara menunaikan hak teman/orang lain dan berbuat baik.
Masyarakat Hukama- adalah orang yang bijak, tahu hak dan kewajiban. Orang sufaha- adalah orang-orang yang konyol,kita sudah mengalah dia makin tidak sadar, jahat, nakal. Kebanyakan kita mendidik anak hanya berhubungan denganmasyarakat hukama-, pdhl di lingkungan ada orang sufaha-. Ajarkan cara bergaul dengan orang baik dan tidak baik.
i.        Pembinaan harus berdasarkan optimise dan cinta.
Pembinaan tidak boleh berputus asa atau pesimisme dan harus didasarkan oleh cinta. Sehingga ketika kita menjadi bagian dlm RT, sekalipun kita marah atau memukul itu semuanya karena cinta.  Harus bersabar, kalu sekarang belum bias berubah yakinlah pasti suatu saat akan berubah.


DISKUSI
Ustadz lulus gontor tahun 1988, merupakan anak pertama.
àmembuat ide untuk keluarga yakni menjadikan hari lebaran sebagai sarana evaluasi dan diskusi
àsetelah sholat ied sebelum menerima tamu dan bertamu, semua menyampaikan pendapat mulai dari yang paling kecil.
Orang tua akan senang disaat bisa dekat dengan anaknya tanpa ada batas pemisah. Cara memikat hati orang tua/ mertua contohnya dengan memijit orang tua ketika pulang rumah.
Ustadz disayang ortu dan mertua tips nya dengan memijit sehingga kehadiran kita ditunggu-tunggu orang tua dan bagian dari yang diinginkan.

Bersikap dengan orang tua dan anak-anak (orang-orang yang tulus):
à bahagia bertemu dengan orang yang lebih tua, menuntunnya, berbincang, memberikan perhatian. Jika memungkinkan memberikan angpao.
àbahagia bertemu anak-anak à tulus dalam melakukan

Setiap hati itu memiliki pintu2, maka masukilah hati itu dengan kunci2 pintunya.
Ada 4 orang teman: kaya, pintar, rajin, miskin.
Masuklah ke hati orang kaya dengan kekayaannya, jngn crita miskin2. Dsb.
Bersikap dengan orang kayaà jangan bicarakan kemiskinan tapi berikanlah suatu kisah kekayaan yang barokah, puji kekayaannya.

Saat orang tua bercerita tentang masalahnya dengan saudara kita atau keluarga lain, sebenarnya mereka tidak mengharapkan solusi dari kita, hanya saja ingin menyampaikan isi hatinya. Yang harus kita lakukan adalah:
à menjaga rahasia
àberhunudzan
     Jangan berubah sikap atas curhatan orang tua, pintar memanajemen masalah. Orang tua walaupun menceritakan “keburukan” saudara kita, ortu tetap memiliki sikapnya/ kasih saying sayang pada saudaara kita.

4.    Rumah Tangga Produksi
Ada tujuan produktif yang ingin diciptakan, bukan RT konsumtif. Menghasilkan produk-produk bermanfaat di dunia dan akhirat.Mengapa kita harus menjadi RT produktif?
Ada hadits Rasulullah SAW: Ketika anak adam itu meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal:
à shodaqah jariyah
à ilmu yang bermanfaat
à anak yang sholih yang mendoakan kedua orang tua nya
Jadi, RT kita harus ada hasil/produksi yang kita hasilkan. RT konsumtif itu sangat lemah posisinya.
Ada pepatah arab: kami tidak akan memakai dari sesuatu yang tidak kami hasilkan.
Semboyan orang SUDAN ketika terjadi embargo ekonomi.
-kami tidak akan makan kecuali yang kami tanam.
-kami tidak akan berpakaian kecuali yang kami buat.
Masih lebih mudah ditangani jika yang dikonsumsi adalah benda fisik, tapi jika yang dikonsumsiadalah fikroh yang sesat dan yang salah?
Analogi RT Konsumsi: ibarat pedagang yang lewat didepan rumah, jangan membeli semua jajanan. Begitu pula dengan berbagai fikroh di lingkungan sekitar, tapi dipilih-pilih dulu ilmu yang diterima informasinya, dipilah dan disaring (syiah, liberal, dll)
Kita akan bisa kuat secara fikroh, ruhiy, dan sosial karena kita menghasilkan produk. Orang yang mengeluarkan produk adalah yang mampu berbuat, yang percaya diri. 

Produksi yang dihasilkan:
a.      Produksi Ruhi
b.      Produksi fikrah/ akademis/ilmu : memiliki cita-cita yang  baik, menjadi fokus perhatian, mengarahkan anak bukan mencari ilmu setinggi-tingginya untuk mencari gelar. Bukan pula orientasi kerja tetapi ilmu.
c.       Produksi sosial/ ijtima’i
d.      Produksi Materi/ madhi
Poin a,b,c terlihat dr lahirnya SDM yang kita bina.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar