DAUROH MUNAKAHAT INTENSIF BERSAMA USTADZ MASTURI
Pertemuan V
(05 April 2012)
4. RUMAH TANGGA PRODUKSI (cont’d)
Ada
tujuan produktif yg ingin kita bangun, jngan sampai komsumtif.
Yi
RT y melahirkan produk2 yg bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.Mengapa
kita harus mjd RTyg produktif?
Ada
hadis: Ketika anak adam itu meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal:
amal jariyah, ilmu yg bermanfaat, dan anak yg sholeh yg mnedoakan keduan
ortunya.
Jadi,
RT kita harus ada hasil/produksi yg kita hasilkan.
RT
konsumtif itu sangat lemah posisinya.Masih mending jika konsumsi fisik, tapi
jika konsumsi2 fikroh yg sesat, yang salah?
Syi’ar
di Sudan sejak diembargo: Kami tidak akan memakan kecuali yg kami tanam, dan
kami tidak akan memakai kecuali yg kami buat.
Kita
akan bisa kuat secara fikroh, ruhy, dan social karena kita menginginkan produk.
Orang yg mengeluarkan produk adl yg mampu berbuat, yang percaya diri.
Apa
produksi yang ingin kita hasilkan dari
RT kita?
a. Produksi Fikri
b. Produksi Ruhi
c. Produksi sosial/ ijtima’i
d. Produksi Materi/ madhi
Poin
a,b,c terlihat dari lahirnya SDM yang kita bina.
a. Produksi Fikri/ ilmu/ akademis
Harus
lahir dari rumah kita, orang yang memiliki ilmu yang baik, sehingga pendidikan
akademis harus menjadi fokus suami dan istri.Jadi tidak boleh diarahkan anak
itu tidak bersekolah. Kebanyakan orientasi seseorang itu dalam belajar adalah
kerja, bukan pikiran/fikroh/akademis, jika hal itu terjadi, maka seseorang itu
akan cukup puas dengan kerja itu saja. Kalo RT kita memiliki produksi fikri
yang kuat, akan berusaha untuk mencari pendidikan dan ilmu yg tinggi. Jika
dapat ilmu, insya Allah dapat uang. Tapi kalau orientasinya uang, maka setelah
bekerja iamerasa sudah cukup dalam mencari ilmu.
Contohnya:
orang dengan orientasi ilmu maka setelah pension ia akan tetap mengajar
misalnya.
b. Produksi Ruhiyah/Ruhani
Ruhiyah
yang kuat akan mempengaruhi sikap hidup sesorang. Kedekatan dan ketaatan pada
Allah SWT.Pantas menjadi contoh dan teladan(panduan).Yang ingin kita lahirkan dari
rumah kita, baik itu istri, anak, atau suami adalah kondisi ruhiyahnya.Semangat
ruhiyah itu harus hadir dalam keluarganya, sehingga bisa menjadi solusi, contoh
atau teladan bagi keluarga-keluarga di lingkungannya. Sehingga RT itu bias
menjadi za’imunruhii, yaitu kepemimpinan ruhani di masyarakat. Hal itu bisa
menjadi panduan di masyarakat kita.
c. Produksi Sumber Daya Manusia
(kepemimpinan)
Pembinaan
anak-anak adalah salah satu hal yang harus kita utamakan.Ketika anak itu tidak
bisa menjadi anak yang soleh, baik, mandiri, yang dapat memimpin dan dipimpin,
maka sesungguhnya rumah kita itu mandul.Akan tetapi, qada’ dan qadar itu adalah
bagian dari iman.Apabila setelah kita rencanakan, setelah kita konsep, ternyata
tidak sesuai dengan harapan, maka insyaAllah yang dinilai oleh Allah adalah
prosesnya.Yang penting kita ikhlas dan sabar.Yang menjadi masalah adalah,
seringkali rumah dibangun tanpa perencanaan dan konsep.
d. Produksi materi/ madhi
Bukan
menjadi orang kaya tetapi orang yang banyak zakatnya.
Karena
shodaqotun jariyyah, yaitu harta yang kita infakkan fii sabilillah.Orang Arab
dalam sejarah dikenal sebagai orang yang berani/ as sajaah dan dermawan.Ustadz
kemudian membuktikannya sendiri saat di Timur Tengah. Ketika mereka punya
kekayaan lebih, mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk menggunakannya untuk
beramal.
Ada
cerita dari ustdz, Tahun1998, adalah tahun krisis di Indonesia. Saat itu ustadz
sudah di mesir, walaupun sedang krisis di Indonesia, mereka tetap bisa makmur
disana, karena kedermawanan warga timteng kepada orang Indonesia di sana.
Orang
Arab di dalam kehidupan sehari-hari berusaha menunaikan dan memenuhi hak
saudaranya dan juga memperjuangkan hak yang seharusnya dimiliki.Contoh : ongkos
kembalian angkot yang kurang akan diminta walaupun hanya 500 rupiah misalnya. Namun,
di bulan Ramadhan, mereka berlomba-lomba berzakat, infaq, shadaqah, menyediakan
ifhtar di pusat-pusat keramaian dan kediaman pribadi.
Ketika
kita mendapatkan materi, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana memaksimalkan
shadaqah, bukan merubah gaya (gaya pakaian, mobil, rumah, apalagi gaya hidup).
Kita harus berfikir apa yang dapat menjadi sedekah jariyah kita. Keinginan
untuk membangun masjid, sekolah, pesantren, dsb.
Tidak
sedikit RT yang lahir tanpa konsep, tetapi jika sudah dikonsep dan ternyata belum
sesuai harapan, berarti itu adalah ketentuan Allah. Maka yang harus dilakukan
adalah BERSABAR dengan keadaan tersebut dan berusaha memperbaiki keadaan.
Langkah-langkah
mewujudkan RT Produktif
1. Melakukan pendidikan sesuai dengan
dimensi manusia.
Dimensi
manusia: ruhiyah, fikriyah, jasadiyah/jasadi, materi/madi, ijtima’iyah/sosial.
Semua dimensi ini harus diajarkan dan dilakukan.
Contoh
dimensi materi/madi
Harta
: diperoleh à disimpan à
dikelola/diinvestasikan
Kadang
kita dididik tidak sempurna.Sejak kecil, orang tua mendidik anak untuk
menabung, tetapi jarang mendidik anak untuk mencari uang (bagaimana usaha untuk
mendapatkan uang) dan bagaimana menginvestasikan/mengelola keuangan.Menabung
itu mengumpulkan uang saja. Harta itu adalah dari mana dia dapat dan bagaimana
ia dimanfaaatkan. Oleh karena itu, dengan menabung saja, belum memberikan
pendidikan akan pintar dan cerdas mendapatkan dan mengelola uang.
Contoh
dimensi sosial/ijtima’i
Bagaimana
supaya anak mengetahui yang namanya hak dan kewajiban. Seringkali kita hanya
mengajarkan tentang kewajiban, tetapi tidak mengajarkan hak termasuk cara untuk
menpertahankan/memperjuangkan hak. Misal: Suatu harianak kita sedang main
boneka, kemudian ada anak lain, B misalkan, yang juga ingin boneka itu, kemudian
B merebut boneka itu. Kebanyakan dari kita: kasihkan saja dik, atau dibuat main
bersama saja ya. Jika demikian, berarti kita tidak mengajarkan mereka tentang
hak dan bagaimana mengajarkan B bahwa dia salah.
àjelaskan
antara hak masing-masing dan kemudian jelaskan cara meminjam yang baik.
2. Menanamkan kemandirian.
Harus
ditanamkan sejak kecil.Jangan dimanjakan.Selalu disuapin, dimandiin, dsb.
Contoh
sederhana: mengajarkan membuka tutup botol pada anak. Ketika anak merasa
kesulitan maka jangan lantas dibukakan sampai keseluruhan.Tapi ditolong sedikit
lantas minta mereka membuka sendiri sampai tuntas.Seperti itu juga misalkan
kesulitan menyetrika, maka setrikakan sedikit dan dituntaskan oleh mereka.
Berikan mereka contoh dan biarkan mereka ikut mencoba, susah tapi bisa.
Tanamkan itu pada anak kita. Dampingi mereka untuk mencoba, bantu mereka untuk
berusaha, perlahan tetapi pasti.
àberusaha
ruang/ kesempatan bagi mereka untuk berusaha mandiri.
3. Membekali dengan berbagai macam
keterampilan, baik rohani, fikri, jasadi, kepemimpinan, dsb.
4. Berusaha memperkecil konsumsi.
Ajari
hal-hal untuk kemandirian, misal mencuci, menyapu, ngepel, walaupun sebenarnya jika
dilakukan sendiri oleh anak itu tidak bersih.
DISKUSI
#itu
lho kayak si B, masih kecil dan pinter masak, pinter bersih-bersih rumah, bla
bla bla..
Hati-hati
dengan kebiasaan membanding-bandingkan.Berusahalah menanamkan optimisme pada
diri seorang anak, jangan membiasakan anak pada persaingan dengan
membanding-bandingkan. Hal ini akan mempengaruhi psikologi anak sehingga ia
akan berusaha terus menerus mencari lawan untuk bersaing. Apabila tidak
mendapatkan lawan untuk bersaing maka ia akan stagnan, tanpa perkembangan.
Caranya
katakan: nak, kamu harus bisa/kamu insyaAllah bisa, cobalah nak.
Rasul
SAW memuji Abdullah ibn Umar: Sungguh pemuda yang paling hebat adalah Abdullah
bin Umar dalam melakukan Qiyamul Lail. Rasulullah tidak pernah membandingkan
antara satu orang dengan orang lainnya (dipuji tetapi tidak dibandingkan dengan
orang lain) sehingga semua sahabat mencintai Rasul dan merasa paling dicintai.
Jangan
pula membandingkan suami dengan abang/ayah/mertua.
#
masalah kerja, kuliah (jika nanti S2, dsb), serta membagi waktu di rumah untuk
keluarga, maka teknisnya HARUS DIDISKUSIKAN DENGAN SUAMI, ingat yang dicari
buka gelarnya tetapi ilmunya. Jadi kalau ada yang berkata “ah buat apa
capek-capek kuliah tapi akhirnya cuma jadi ibu rumah tangga”. Karena ilmu dan
pola pikir seseorang yang kuliah pasti berbeda dengan mereka yang tidak kuliah.
Pada
usia emas anak à dampingi mereka, bombing mereka dan bersamai
mereka. Dekati mereka dan jangan buat jarak dengan mereka.Jangan sampai
perpisahan anak dengan ibu itu banyak.Harus selalu didampingi dan dibina.
Mendidik
tiap anak itu berbeda maka jangan pernah disamakan.
5. Rumah tangga
Sosial/ ijtima’iyah
Yaitu
RT yang punya kepedulian dan tanggung jawab pada lingkungan dan masyarakatnya.Kenapa
harus demikian?
1. Masyarakat laksana bahtera
Dalam
sebuah hadist: syafinatul mustama’ ato bahtera masyarakat.
Ada
sebuah bahtera, yang penumpangnya ada diatas dan ada di bawah.Saat orang yang
dibawah mau mengambil air harus lewat ke atas, orang atas merasa terganggu,
kemudian orang yang dibawah karena tidak mau mengganggu orang yang diatas,
lantas berpikir untuk melubangi bahtera agar langsung mendapatkan airnya.Kalau
penumpang yang di atas hanya mendiamkan saja maka mereka bisa tenggelam
bersama-sama.
Seperti
itu pula, rumah tangga kita adalah layaknya penumpang bahtera tersebut. Maka
kita punya tanggung jawab untuk saling menjaga satu sam lain.
Ibnu
khaldun : fitrahnya manusia adalah makhluk sosial.
2. Masyarakat memiliki problema yang
harus diselesaikan
RT
kita harus menjadi solusi bagi masalah tersebut.Di masyarakat ada orang-orang
yang memiliki kecenderungan untuk merusak, mereka (yang buruk) lebih banyak
daripada yang baik.Kalau kita tidak peduli, maka yang merusak itu akan semakin
banyak, dan yang baik-baik tapi individualis, dia juga akan ikut hancur.
3. Kita dituntut oleh Allah beramal
ma’ruf nahi munkar di masyarakat.
Dalil
: kuntum khaira ummat…………..
Dan
ketika menjadi RT sosial, Tanggung Jawabkita terhadap Allah SWT telah
tertunaikan.
4. Melindungi diri dan keluarga kita dari
kerusakan.
Jika
dirumah kita semua anak harus ngaji, tapi tidak boleh nonton TV. Karenanya di rumah
kita tidak menyediakan TV, akhirnya, mereka pergi ke rumah tetangga, dan kita
tidak tahu apa yang ia pelajari di rumah tetangga.Mereka lebih nyaman disana
menonton TV misalkan.
Diskusikan
dengan tetangga bahwa pengarah menonton TV pada anak merupakan bentuk upaya
mendidik anak.Kita bertanggung jawab untuk turut mendidik anak tetangga kita,
demikian pula tetangga ikut bertanggung jawab pada pendidikan anak kita.