Minggu, 02 Desember 2012

Mengarungi tantangan

Tetap lah pada prioritas hidupmu, wujudkan obsesi besarmu untuk menjadi Hafidzah dan selalu membersamai Al-Qur'an
Allah akan menguji pada titik kelemahan kita, jika kita lemah pada segi materi maka Allah akan menguji kita dari segi itu, jika kita lemah dengan tawaran ikhwan  untuk segera mengkhitbah maka Allah pun akan terus menguji kita dengan hal-hal semacam itu.
jika ditengah obsesi besarmu datang seorang ikhwan yang shaleh, terjaga hatinya,maka annggaplah semua itu ujian, bukan anugerah.
kamu akan tahu sekuat apa kamu bertahan dengan ujian ini, untuk tetap mewujudkan obsesimu
yang terpenting saat ini adalah fokus pada prioritas hidupmu
"fa idza faraaghtafanshab wa ilaa rhabbika farghab" 
 
hidup ini memang penuh dengan tarik menarik, berbagai pertarungan keinginan dan kecendrungan itu memang bukan tanpa masalah
dalam posisi ini kamu tentu harus bijaksana dalam membuat skala prioritas
walaupun bukan hal mustahil jika Allah memberikan kepadamu untuk dapat melakukan seluruhnya
yaitu mampu memadukan kecendrungan itu secara tawazun
menjadi ibu rumah tangga dengan terus berkiprah pada dakwah dan dapat memuraja'ah 3-5 juz setiap hari
whay not?

namun, karena kita ini adalah orang-orang tarbiyah, maka kita wajib untuk memanajemen tawazun tersebut dari segi aspek, thabi'i (alamiah), syar'i dan da'wi
 karena muslimah dakwah yang berkwalitas secara ruhiyah memiliki kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan yang mulia dalam hidup.
pasang kacamata kuda, fokuslah pada prioritas hidupmu
 :)

jika sudah selesai dalam urusan ini, maka akan datang sosok yang diidamkan :)
namun segala prosedurnya harus di lakukan sesuai syariat.
logika sederhana, kita ingin mencuci pakain dengan hasil yang bersih dan wangi namun cara kita mencuci dengan air kotor dan bau maka hasilnya akan kotor karena caranya yang salah.
maka sudah selayakny bagi orang-orang dakwah dan tarbiyah melakukan segala aksinya berdasarkan aturan Allah.
"tarbiyah itu memang bukan segalanya, tapi dari tarbiyah maka kita mulai segalanya."
dakwah adalah hidup kita, tugas kita adalah bagaimana kita dapat memberikan uswah hasanah pada orang-orang sekitar kita dan mampu dicontoh oleh mereka.



luaskan tsaqafahmu
teguhkan pijakanmu
pendarkan warna-warni Islam pada hidupmu
jadilah seorang muslimah yang tak pernha lelah dalam berdakwah
biarkan mereka tahu indahnya Islam lewat dirimu.

 ---------------------------------------------------------

RQ (Rumah Qur'an)
nasihat-nasihat ustdz fadli (sabtu @depok)
jazakallah ustd atas motivasi dan nasihat-nasihatnya 
#jleb
akan selalu ruqayyah kenang :)

03-12 20012

Selasa, 27 November 2012

=== … Bila Al Quran di Hati … ===

Sungguh beruntung yang memiliki hati senantiasa diisi Kalamulloh Al Quran karim,

Bila galau senantiasa bertanya ke lubuk hati dan al quran menjawabnya yang pasti amat menyejukan

Bila berkeinginan sesuatu, maka bertanya ke dalam hati, al quran menuntunnya kepada keinginan yang berkah

Bila takut, menyeru ke lubuk hati, Al quran akan menentramkan, menjawab dengan janji perlindungan dari-Nya Yang Maha Kokoh

Bila merasa lemah, maka Al quran dari Yang Maha Perkasa akan menguatkan lahir maupun bathin

Bila al quran senantiasa di hati, melimpahlah bimbingan dan jawaban dari Yang Maha Tahu segalanya untuk bekal mengarungi hidup ini

Mari saudaraku luangkan waktu dan perhatian lebih banyak untuk akrab membaca, mengahapal, memahami, sekuat tenaga mengamalkan dan menyampaikan Kalam Allah, Al Quran yang penuh berkah

Minggu, 25 November 2012

Dauroh munakahat #6



DAUROH MUNAKAHAT INTENSIF BERSAMA USTADZ MASTURI
Pertemuan VI (12 April 2012)
REVIEW MATERI SEBELUMNYA
Rumah tangga Produksi:
* shadaqah jariyah dari harta ini apa? Sudahkah bermanfaat?
Ingat karakteristik harta itu à sedikit habis, banyak pun akan habis malahan merasa kurang terus.
* punya ilmu à gelar akademis penting di masyarakat zaman sekarang , tanpa gelar maka tidak ada penegasan/pertanggungjawaban pada masyarakat. Jika kita memiliki gelar doktor maka akan makin banyak orang yang belajar pada kita. untuk meraihnya diperlukan usaha, kesungguhan dan uang.
*anak sholih/sholihat à bukan hanya anak kandung tetapi juga semua keturunan kita (cucu, cicit, dll). Menyekolahkan orang lain  maka keberkahan akan tetap mengalir pada kita.
*kapan, dimana, dan bagaimana akan mati? Sudahkah mempersiapkannya? Kematian jangan ditunggu (menunggu itu membosankan), jangan ditakuti (kita akan menghindar karena takut), tetapi harus DISAMBUT. Kenapa?
Menyambut berarti mempersiapkan. Ibaratnya seperti seorang istri yang menyambut kedatangan suaminya. Maka yang dilakukan adalah melakukan berbagai persiapan, masak enak, bersih-bersih, dandan, dll.

Sifat-sifat RT Sosial:
1.      Memiliki kepedulian
“Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan/ perkara orang-orang muslim, maka bukan termasuk bagian dari mereka ( orang islam).”
Antara suami dan istri harus kompak, sama-sama peduli, karena ada bagian dari masyarakat yang hanya bisa diperhatikan oleh suami atau oleh istri. Jangan sampai tertukar posisi. Ada proporsi masing-masing, hal ini harus DISEPAKATI bersama.
2.      Keringanan hati dan tenaga
Contoh :
·        kerja bakti (terutama bagi yang tinggal di kompleks) à sarana berbaur dengan masyarakat
·        tidak emosional (karena tidak semua masyarakat itu baik, harus ada pihak yang mengalah)
3.      Kesiapan untuk bergaul
“orang yang bergaul dengan manusia dan sabar atas sikap yang menyakitkan jauh lebih baik daripada orang yang tidak bergaul.”
Di dalam masyarakat terjadi perselingkuhan karena ketidaksiapan anggotanya dalam bergaul. Dalam berkomunikasi dan bergaul itu ada adab-adabnya, batas-batasnya.
Ingat! Ada masyarakat yang cenderung merusak, maka harus berhati-hati dan pintar dalam bergaul. Antara suami dan istri harus saling menjaga.
Contoh:
·        ustadz adalah seorang pencemburu berat sehingga meminta istrinya agar tidak punya facebook (blog masih diizinkan)à bentuk menjaga satu sama lain.
·        Saat ustadzah diminta menjadi Dewan Syuro Wilayah Banten maka ustadzah mendiskusikan dengan ustadz sebagai suami beliau. Ustadzah nantinya akan menjadi satu-satunya akhwat dalam DSW Banten. Ustadz tidak mengizinkan dengan pertimbangan :
ü  Ustadz belum memiliki seorang supir wanita untuk mengantar istrinya ke Banten. Karena tidak mungkin istrinya pergi dengan kendaraan umum atau bersama para ustadz-ustdaz lainnya sementara akhwat sendirian.
ü  Ustadz belum mampu membelikan mobil pribadi bagi ustadzah untuk mempermudah mobilisasi ustadzah.
ü  Ustadz pencemburu berat. “ umi kan cantik nanti kalau ustadz-ustadz yang lain itu ada yang menaruh hati pada umi bagaimana? Ustadz  juga manusia mi. tidak ada yang bisa mencegah seseorang jatuh cinta. Abi tidak sanggup mi jika harus demikian.”
Dengan cara penyampaian yang baik/ pintar serta ketegasan akhirnya ustadzah pun sepakat untuk mengikuti pendapat ustadz. Demikian pula ketika pihak DPW menanyakan perihal keputusan ustadz maka DPW tidak dapat memaksakan keputusannya.
Desain rumah
Desain rumah itu bisa menunjukkan kesiapan kita dalam bergaul atau tidak. Kita siapkan rumah kita memiliki aurat rumah yang tetap terjaga. Hal ini juga terkait dengan kebutuhan kaum hawa untuk menutup aurat.E.g. : dapur, kamar, ruang keluarga.
Jadi kalaupun ada tamu yang menginap, kebebasan dan komunikasi angggota keluarga tetap bisa terjaga. Terlebih ketika tamunya adalah lawan jenis, misalkan tamu laki-laki maka dengan desain rumah yang tepat, anggota keluarga yang perempuan bisa saja tidak bertemu sama sekali dengan si tamu walapun menginap berhari-hari.

Etika rumah
Suami dan istri harus sepakat. Misalnya, jika suami tidak dirumah,istri tidak boleh nerima tamu laki-laki. Namun di masyarakat kita hal seperti itu sudah biasa. Kalau hal ini tidak disepakati, maka dapat menimbulkan masalah dan perselisihan dalan keluarga.

4.      Kematangan Emosional
Suami bisa mengendalikan kecemburuan, emosi, begitu juga dengan istri. RT yang tidak matang emosionalnya akan menimbulkan banyak masalah.
Kematangan emosi termasuk didalamnya adalah etika terhadao tetangga. Bertetangga itu seumur hidup bukan seperti pertemuan dengan orang lain di pasar yang hanya sebentar.
*Rasulullah juga menjelaskan etika dalam bertetangga à begitu pentingnya hal ini.
RT Sosial yang hancur/gagal tidak akan mungkin menjadi RT Dakwah.



Contoh kasus bertetangga dan kematangan emosi:
Keluarga yang siap menjadi rumah tangga sosial adalah RT yang tingkat emosinya matang.

 fiki dan Najibah berteman dan bermain bersama. Suatu ketika ANI memarahi NAJIBAH karena cerita FIKI yang boombastis menyudutkan NAJIBAH. Padahal ANI belum mengetahui duduk persoalannya hanya mendengar dari satu sisi.
Respon yang mungkin terjadi :
Nabilah akan mengusir ani dari rumahnya à memasuki daerah kewenangan orang lain.
“silahkan angkat kaki dari sini. Ini rumah saya dan najibah adalah anak saya. Anda tidak berhak marah-marah disini seenaknya.”
Yang seharusnya dilakukan Nabilah + Hasan:
ANAK HARUS DILINDUNGI TELEBIH DAHULU
Jangan biarkan anak terus menerus di marahi, ambil alih masalah. Beri ketegasan pada anak kita (jangan menunjukkan sikap lembek kepada anak didepan tetangga kita). hukum anak kita di depan tetangga kita. bahkan jika perlu lakukan hukuman fisik seperti mencubit (sekeras-kerasnya orang tua sendiri yang mencubit adalah karena kasih saying daripada dicubit orang lain yang sedang kalap). Dengan hukuman fisik tersebut akan memberikan kepuasan/kelegaan pada tetangga kita (yang sebenarnya belum tentu benarL) melampiaskan emosinya. Setelah tetangga kita persilahkan kembali ke rumahnya, ajak diskusi anak kita dan minta maaflah kalo ternyata kita salah.

Contoh: Ani mempunyai suami,harun, punya anak namanya fiki. Punya tetangga namanya ahmad, istrinya Nabila,anaknya najiba. Fiki berteman dengan najiba. Suatu hari mereka bertengkar, kemudian ani melabrak najiba di depan orang tua najiba. Is it right?
Kesalahan kasus ini adl ketidakmatangan keluarga ani. Harusnya tdk blh serta merta melabrak, pasti nantinya akan banyak masalah. Jangan sampai krn kita tidak memiliki kematangan emosi, maka hubungan dg tetangga rusak. Padahal Rasul SAW salah satunya juga mewasiatkan untuk berhubungan baik dengan tetangga.

Bagaimana membentuk RT Sosial:
1.      Pembentukan pemahaman tentang RT sosial
Semua anggota keluarga harus dipahamkan tentang RT sosial.
2.      Melatih diri untuk mengaplikasikan aktifitas-aktifitas sosial.
Sebelum menikah dengan setelah menikah itu berbeda. Kita harus bisa lebih bersosialisasi dengan masyarakat.  Perlu berlatih.
Contoh:
Anak laki-laki sebelum menikah biasanya tidak aktif di masyarakat. Yang aktif adalah bapaknya. Setelah menikah dan berkeluarga, anak laki-laki akan menjadi bagian di masyarakat dan baru mulailah ia bergaul. Sebaiknya sebelum menikah pun harus mulai dibiasakan membaur di masyarakat (aktif) demikian juga dengan anak perempuan.
3.      Turut serta memberikan solusi di masyarakat
Di masyarakat terdapat banyak masalah, suami istri juga harus turut memikirkan, karena itu adalah lingkungan kita. harus berusaha mencarikan solusi untuk masyarakat. Contoh : pada masalah perjudian, anak tetangga putus sekolah, anak-anak muda menganggur, dll.
4.      Berlatih menjaga Rahasia Sosial/ masyarakat
Banyak aib yang berkembang di masyarakat. Walaupun dalam penyebaran aib tersebut ada pernyataan “ jangan bilang siapa-siapa” biasanya akan tetap tersebar hingga seluruh anggota masyarakat tersebut tahu. Maka jangan sampai kita ikut menjadi tukang gossip  nya. Suami dan istri harus sepakat memutus rantai penyebar aib tersebut. Ketika ada informasi seperti demikian masuk ke dalam rumah, jangan disebar/disampaikan lagi ke luar rumah. JANGAN MENEBAR FITNAH DAN AIB.
5.      Melatih etika komunikasi
Menjenguk tetangga, dll.
6.      Menjadi RT sosial itu merupakan bagian dari batu loncatan kepada RT da’wah.

DISKUSI:
Bagaimana cara kita memberikan solusi pada kondisi sekarang?
Tujuan memberikan solusi lebih ditekankan ketika telah berkeluarga (menjadi istri/ibu). Tetap berdiskusi akan pendapat anak untuk setiap keputusan tentang adab-adab pergaulan dan permasalahan di masyarakat. Bisa menjadi sarana melatih mereka memikirkan masalah sosial.



Dauroh Munakahat #5



DAUROH MUNAKAHAT INTENSIF BERSAMA USTADZ MASTURI
Pertemuan V (05 April 2012)
4. RUMAH TANGGA PRODUKSI (cont’d)
Ada tujuan produktif yg ingin kita bangun, jngan sampai komsumtif.
Yi RT y melahirkan produk2 yg bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.Mengapa kita harus mjd RTyg produktif?
Ada hadis: Ketika anak adam itu meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal: amal jariyah, ilmu yg bermanfaat, dan anak yg sholeh yg mnedoakan keduan ortunya.
Jadi, RT kita harus ada hasil/produksi yg kita hasilkan.
RT konsumtif itu sangat lemah posisinya.Masih mending jika konsumsi fisik, tapi jika konsumsi2 fikroh yg sesat, yang salah?
Syi’ar di Sudan sejak diembargo: Kami tidak akan memakan kecuali yg kami tanam, dan kami tidak akan memakai kecuali yg kami buat.
Kita akan bisa kuat secara fikroh, ruhy, dan social karena kita menginginkan produk. Orang yg mengeluarkan produk adl yg mampu berbuat, yang percaya diri.
Apa produksi  yang ingin kita hasilkan dari RT kita?
a.      Produksi Fikri
b.      Produksi Ruhi
c.       Produksi sosial/ ijtima’i
d.      Produksi Materi/ madhi
Poin a,b,c terlihat dari lahirnya SDM yang kita bina.

a.      Produksi Fikri/ ilmu/ akademis
Harus lahir dari rumah kita, orang yang memiliki ilmu yang baik, sehingga pendidikan akademis harus menjadi fokus suami dan istri.Jadi tidak boleh diarahkan anak itu tidak bersekolah. Kebanyakan orientasi seseorang itu dalam belajar adalah kerja, bukan pikiran/fikroh/akademis, jika hal itu terjadi, maka seseorang itu akan cukup puas dengan kerja itu saja. Kalo RT kita memiliki produksi fikri yang kuat, akan berusaha untuk mencari pendidikan dan ilmu yg tinggi. Jika dapat ilmu, insya Allah dapat uang. Tapi kalau orientasinya uang, maka setelah bekerja iamerasa sudah cukup dalam mencari ilmu.
Contohnya: orang dengan orientasi ilmu maka setelah pension ia akan tetap mengajar misalnya.
b.      Produksi Ruhiyah/Ruhani
Ruhiyah yang kuat akan mempengaruhi sikap hidup sesorang. Kedekatan dan ketaatan pada Allah SWT.Pantas menjadi contoh dan teladan(panduan).Yang ingin kita lahirkan dari rumah kita, baik itu istri, anak, atau suami adalah kondisi ruhiyahnya.Semangat ruhiyah itu harus hadir dalam keluarganya, sehingga bisa menjadi solusi, contoh atau teladan bagi keluarga-keluarga di lingkungannya. Sehingga RT itu bias menjadi za’imunruhii, yaitu kepemimpinan ruhani di masyarakat. Hal itu bisa menjadi panduan di masyarakat kita.
c.       Produksi Sumber Daya Manusia (kepemimpinan)
Pembinaan anak-anak adalah salah satu hal yang harus kita utamakan.Ketika anak itu tidak bisa menjadi anak yang soleh, baik, mandiri, yang dapat memimpin dan dipimpin, maka sesungguhnya rumah kita itu mandul.Akan tetapi, qada’ dan qadar itu adalah bagian dari iman.Apabila setelah kita rencanakan, setelah kita konsep, ternyata tidak sesuai dengan harapan, maka insyaAllah yang dinilai oleh Allah adalah prosesnya.Yang penting kita ikhlas dan sabar.Yang menjadi masalah adalah, seringkali rumah dibangun tanpa perencanaan dan konsep.
d.      Produksi materi/ madhi
Bukan menjadi orang kaya tetapi orang yang banyak zakatnya.
Karena shodaqotun jariyyah, yaitu harta yang kita infakkan fii sabilillah.Orang Arab dalam sejarah dikenal sebagai orang yang berani/ as sajaah dan dermawan.Ustadz kemudian membuktikannya sendiri saat di Timur Tengah. Ketika mereka punya kekayaan lebih, mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk menggunakannya untuk beramal.
Ada cerita dari ustdz, Tahun1998, adalah tahun krisis di Indonesia. Saat itu ustadz sudah di mesir, walaupun sedang krisis di Indonesia, mereka tetap bisa makmur disana, karena kedermawanan warga timteng kepada orang Indonesia di sana.
Orang Arab di dalam kehidupan sehari-hari berusaha menunaikan dan memenuhi hak saudaranya dan juga memperjuangkan hak yang seharusnya dimiliki.Contoh : ongkos kembalian angkot yang kurang akan diminta walaupun hanya 500 rupiah misalnya. Namun, di bulan Ramadhan, mereka berlomba-lomba berzakat, infaq, shadaqah, menyediakan ifhtar di pusat-pusat keramaian dan kediaman pribadi.
Ketika kita mendapatkan materi, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana memaksimalkan shadaqah, bukan merubah gaya (gaya pakaian, mobil, rumah, apalagi gaya hidup). Kita harus berfikir apa yang dapat menjadi sedekah jariyah kita. Keinginan untuk membangun masjid, sekolah, pesantren, dsb.
Tidak sedikit RT yang lahir tanpa konsep, tetapi jika sudah dikonsep dan ternyata belum sesuai harapan, berarti itu adalah ketentuan Allah. Maka yang harus dilakukan adalah BERSABAR dengan keadaan tersebut dan berusaha memperbaiki  keadaan.

Langkah-langkah mewujudkan RT Produktif
1.      Melakukan pendidikan sesuai dengan dimensi manusia.
Dimensi manusia: ruhiyah, fikriyah, jasadiyah/jasadi, materi/madi, ijtima’iyah/sosial. Semua dimensi ini harus diajarkan dan dilakukan.
Contoh dimensi materi/madi
Harta : diperoleh à disimpan à dikelola/diinvestasikan
Kadang kita dididik tidak sempurna.Sejak kecil, orang tua mendidik anak untuk menabung, tetapi jarang mendidik anak untuk mencari uang (bagaimana usaha untuk mendapatkan uang) dan bagaimana menginvestasikan/mengelola keuangan.Menabung itu mengumpulkan uang saja. Harta itu adalah dari mana dia dapat dan bagaimana ia dimanfaaatkan. Oleh karena itu, dengan menabung saja, belum memberikan pendidikan akan pintar dan cerdas mendapatkan dan mengelola uang.
Contoh dimensi sosial/ijtima’i
Bagaimana supaya anak mengetahui yang namanya hak dan kewajiban. Seringkali kita hanya mengajarkan tentang kewajiban, tetapi tidak mengajarkan hak termasuk cara untuk menpertahankan/memperjuangkan hak. Misal: Suatu harianak kita sedang main boneka, kemudian ada anak lain, B misalkan, yang juga ingin boneka itu, kemudian B merebut boneka itu. Kebanyakan dari kita: kasihkan saja dik, atau dibuat main bersama saja ya. Jika demikian, berarti kita tidak mengajarkan mereka tentang hak dan bagaimana mengajarkan B bahwa dia salah.
àjelaskan antara hak masing-masing dan kemudian jelaskan cara meminjam yang baik.
2.      Menanamkan kemandirian.
Harus ditanamkan sejak kecil.Jangan dimanjakan.Selalu disuapin, dimandiin, dsb.
Contoh sederhana: mengajarkan membuka tutup botol pada anak. Ketika anak merasa kesulitan maka jangan lantas dibukakan sampai keseluruhan.Tapi ditolong sedikit lantas minta mereka membuka sendiri sampai tuntas.Seperti itu juga misalkan kesulitan menyetrika, maka setrikakan sedikit dan dituntaskan oleh mereka. Berikan mereka contoh dan biarkan mereka ikut mencoba, susah tapi bisa. Tanamkan itu pada anak kita. Dampingi mereka untuk mencoba, bantu mereka untuk berusaha, perlahan tetapi pasti.
àberusaha ruang/ kesempatan bagi mereka untuk berusaha mandiri.
3.      Membekali dengan berbagai macam keterampilan, baik rohani, fikri, jasadi, kepemimpinan, dsb.
4.      Berusaha memperkecil konsumsi.
Ajari hal-hal untuk kemandirian, misal mencuci, menyapu, ngepel, walaupun sebenarnya jika dilakukan sendiri oleh anak itu tidak bersih.

DISKUSI
#itu lho kayak si B, masih kecil dan pinter masak, pinter bersih-bersih rumah, bla bla bla..
Hati-hati dengan kebiasaan membanding-bandingkan.Berusahalah menanamkan optimisme pada diri seorang anak, jangan membiasakan anak pada persaingan dengan membanding-bandingkan. Hal ini akan mempengaruhi psikologi anak sehingga ia akan berusaha terus menerus mencari lawan untuk bersaing. Apabila tidak mendapatkan lawan untuk bersaing maka ia akan stagnan, tanpa perkembangan.
Caranya katakan: nak, kamu harus bisa/kamu insyaAllah bisa, cobalah nak.
Rasul SAW memuji Abdullah ibn Umar: Sungguh pemuda yang paling hebat adalah Abdullah bin Umar dalam melakukan Qiyamul Lail. Rasulullah tidak pernah membandingkan antara satu orang dengan orang lainnya (dipuji tetapi tidak dibandingkan dengan orang lain) sehingga semua sahabat mencintai Rasul dan merasa paling dicintai.
Jangan pula membandingkan suami dengan abang/ayah/mertua.

# masalah kerja, kuliah (jika nanti S2, dsb), serta membagi waktu di rumah untuk keluarga, maka teknisnya HARUS DIDISKUSIKAN DENGAN SUAMI, ingat yang dicari buka gelarnya tetapi ilmunya. Jadi kalau ada yang berkata “ah buat apa capek-capek kuliah tapi akhirnya cuma jadi ibu rumah tangga”. Karena ilmu dan pola pikir seseorang yang kuliah pasti berbeda dengan mereka yang tidak kuliah.
Pada usia emas anak à dampingi mereka, bombing mereka dan bersamai mereka. Dekati mereka dan jangan buat jarak dengan mereka.Jangan sampai perpisahan anak dengan ibu itu banyak.Harus selalu didampingi dan dibina.
Mendidik tiap anak itu berbeda maka jangan pernah disamakan.

5.    Rumah tangga Sosial/ ijtima’iyah
Yaitu RT yang punya kepedulian dan tanggung jawab pada lingkungan dan masyarakatnya.Kenapa harus demikian?
1.      Masyarakat laksana bahtera
Dalam sebuah hadist: syafinatul mustama’ ato bahtera masyarakat.
Ada sebuah bahtera, yang penumpangnya ada diatas dan ada di bawah.Saat orang yang dibawah mau mengambil air harus lewat ke atas, orang atas merasa terganggu, kemudian orang yang dibawah karena tidak mau mengganggu orang yang diatas, lantas berpikir untuk melubangi bahtera agar langsung mendapatkan airnya.Kalau penumpang yang di atas hanya mendiamkan saja maka mereka bisa tenggelam bersama-sama.
Seperti itu pula, rumah tangga kita adalah layaknya penumpang bahtera tersebut. Maka kita punya tanggung jawab untuk saling menjaga satu sam lain.
Ibnu khaldun : fitrahnya manusia adalah makhluk sosial.
2.      Masyarakat memiliki problema yang harus diselesaikan
RT kita harus menjadi solusi bagi masalah tersebut.Di masyarakat ada orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk merusak, mereka (yang buruk) lebih banyak daripada yang baik.Kalau kita tidak peduli, maka yang merusak itu akan semakin banyak, dan yang baik-baik tapi individualis, dia juga akan ikut hancur.
3.      Kita dituntut oleh Allah beramal ma’ruf nahi munkar di masyarakat.
Dalil : kuntum khaira ummat…………..
Dan ketika menjadi RT sosial, Tanggung Jawabkita terhadap Allah SWT telah tertunaikan.
4.      Melindungi diri dan keluarga kita dari kerusakan.
Jika dirumah kita semua anak harus ngaji, tapi tidak boleh nonton TV. Karenanya di rumah kita tidak menyediakan TV, akhirnya, mereka pergi ke rumah tetangga, dan kita tidak tahu apa yang ia pelajari di rumah tetangga.Mereka lebih nyaman disana menonton TV misalkan.
Diskusikan dengan tetangga bahwa pengarah menonton TV pada anak merupakan bentuk upaya mendidik anak.Kita bertanggung jawab untuk turut mendidik anak tetangga kita, demikian pula tetangga ikut bertanggung jawab pada pendidikan anak kita.